Kamis, 28 Desember 2017

MEMBANGUN GUNUNGKIDUL BERBASIS AIR, SEBUAH BUDAYA

            Dengan asumsi tidak ada peresapan, tidak ada run off, tidak ada penguapan dengan cara apapun maka dalam satu tahun Gunungkidul akan diselimuti air setebal 2,25 meter. Atau akan tertimbun air dengan volume sebesar  3342 juta meter kubik  dengan bobot setara 3342 juta ton. Ini bisa dihitung melalui rata-rata curah hujan tahunan kurang lebih sebesar 2250 mm dikalikan luas wilayah Gunungkidul 1485,36  km persegi. Luar biasa!
              Yang jadi persoalan adalah kenyataan bahwa setelah hujan selesai maka air hujan akan segera habis melalui beberapa cara. Pertama, melalui run off yang merupakan bagian terbesar kehilangan air.  Run off ini ada dua jalur, melalui sungai permukaan dan melalui sungai bawah tanah. Kedua melaui peresapan, dan ketiga melalui penguapan. Dalam pembahasan ini, kategori penguapan diabaikan.
            Run off dan peresapan merupakan dua hal yang saling bertolak belakang. Semakin kecil peresapan akan semakin besar run off demikian sebaliknya makin besar peresapan akan memperkecil run off. Aspek inilah yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sesuai dengan salah satu misi pembangunannya, yaitu peningkatan pemanfaatan air sebagai sumber kemakmuran. Sebuah realita bahwa faktor pembatas keberhasilan pembangunan di Gunungkidul adalah keberadaan sumber daya air. Dengan mengelola sumber daya air secara lebih arif dan progresif, akselerasi pembangunan di wilayah ini akan lebih mudah tercapai.
            Menurut ramalan (penulis menyebut estimasi) pujangga besar Raja Joyoboyo bangsa kita akan menemui zaman kesengsaraan atau  zaman kolobendu, apabila tanda-tanda (fenomena) ini  telah banyak muncul secara kasat mata di seluruh wilayah. Tanda-tanda itu antara lain; kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange, wong wadon ilang wirange, dan wong lanang ilang kawibawane. Pada tulisan ini penulis membatasi pada fenomena kali ilang kedunge.
           Kedung dalam pemahaman dan konsep budaya Jawa merupakan kubangan atau cekungan besar pada badan sungai yang berfungsi sebagai tampungan, sumber, atau mata air.  Mengingat air sebagai sumber kehidupan, dengan demikian, keberadaan kedung merupakan manifestasi dari kemakmuran masyarakat di sekitarnya.  Hal ini dapat kita lihat kebelakang bahwa pada masa lalu, menyertai keberadaan kedung ini, di sana ada budaya ekonomi, budaya ketahanan pangan, budaya sosial, budaya pelestarian lingkungan hidup, bahkan budaya kesetaraan gender yang pada masa kini banyak dibicarakan..
         Budaya ekonomi, di sekitar kedung, melalui usaha setrenan banyak ditanam aneka jenis tanaman pangan dan hortikultura baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk keperluan dijual kepasar. Budaya ketahanan pangan, melalui usaha setrenan yang telah disebutkan di muka, di sana ada diversifikasi pangan dan gizi, di kedung juga ada usaha perikanan meskipun secara liar (dalam konteks kekinian bisa dikembangkan keramba apung), juga ada peternakan (kedung digunakan untuk memandikan ternak). Budaya sosial, di sana merupakan tempat mandi, cuci, bermain, dan bercengkerama bersama sebagai sarana silaturahmi dan membangun kebersamaan serta kegotong-royongan.
            Budaya pelestarian lingkungan hidup, ketika kedung masih diagungkan dan di ‘puja’, pada masa lalu banyak dilakukan upacara-upacara ritual yang maksud dan tujuan utamanya adalah untuk melestarikan dan mensyukuri keberkahan dari keberadaan kedung tersebut. Budaya kesetaraan gender diwujudkan dalam budaya budidaya setrenan. Setrenan berasal dari kata setri (perempuan). Dengan demikian budaya budidaya setrenan merupakan manifestasi kesetaraan gender dengan menempatkan harkat dan martabat perempuan untuk ikut berperan serta dalam membangun budaya ketahanan pangan.
              Akhirnya, untuk mewujudkan kemakmuran Gunungkidul dengan basis air, sudah selayaknya diwujudkan dengan aksi nyata membangun banyak kedung-kedung yang selama ini hilang. Kedung-kedung tersebut dapat dibangun secara artificial di sepanjang sungai-sungai yang memungkinkan. Di wilayah ini banyak sungai-sungai yang masih mampu  menahan air meskipun musim kemarau.

              Beberapa keuntungan bisa dipetik dari keberadaan kedung-kedung artificial ini. Antara lain ;  akan memperluas bidang peresapan air kedalam tanah sehingga akan memperbesar cadangan air tanah. Kedua, akan meningkatkan produksi pertanian. Ketiga, akan meningkatkan usaha peternakan karena di sekitar kedung bisa dikembangkan usaha hijauan pakan ternak. Keempat, dapat berfungsi juga sebagai “dam” pengendali banjir, yang mana beberapa tahun terakhir ini Kabupaten Gunungkidul sudah mulai akrab dengan bencana banjir. Tentu masih banyak manfaat lain yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul. (By Sukadiyono, pernah dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat, dengan pengembangan materi).

Gb 1. Kali yang membelah Gunungkidul
Gb 2. Tanaman Setrenan 1
                        
Gb 3. Tanaman Setrenan 2
Gb 4. Tanaman Setrenan 3
                         


Senin, 25 Desember 2017

Pangan Organik Menuju Indonesia Sehat

            Berbicara Indonesia Sehat tidak terlepas dari Provinsi Sehat, Kabupaten Sehat, Desa Sehat bahkan sampai Rumah Tangga Sehat. Tidak akan ada Indonesia Sehat tanpa ada Kabupaten Sehat. Begitu selanjutnya, tidak akan ada Kabupaten Sehat tanpa ada Rumah Tangga Sehat.

          Untuk membangun Indonesia Sehat harus dimulai dari pondasi paling bawah yaitu membangun rumah tangga yang sehat. Untuk membangun rumah tangga yang sehat harus dimulai dari mengelola asupan pangan sehat yang dikonsumsi oleh setiap insan anggota keluarga dari rumah tangga tersebut setiap harinya.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pertengahan tahun 2016 yang lalu merilis hasil investigasi bahwa ada 200 an jenis penyakit yang dipicu oleh pangan yang tidak sehat. Penyebab pangan tidak sehat antara lain : adanya pengawet, pewarna tekstil, pemanis buatan, pencemaran logam berat, dan juga banyaknya bahan kimia sintetis yang ada pada bahan pangan, salah satunya residu pestisida. Bahkan cara memasak pun bisa menyebabkan pangan menjadi tidak sehat akibat konsentrasi lemak jenuh, kolesterol, asam urat dan lain-lain.
       
              
         Pangan organik pada saat sekarang telah menjadi tumpuan harapan banyak orang untuk dijadikan jembatan menuju capaian kesehatan diri, terutama di kalangan borjuis, orang kaya, orang-orang kota priyayi karena memang pangan organik ini lebih mahal. Hal ini terbukti, sekarang telah banyak bermunculan usaha pertanian organik, kebun sayur organik, beras organik, bahkan telah banyak kios atau toko-toko yang menyediakan bahan pangan organik. Bahkan di Kota Bandung, kota yang cukup besar ini, telah muncul komunitas organik yang kadang-kadang mengadakan bazar dan pameran yang menampilkan produk-produk pangan organik sebagai media mengajak masyarakat untuk hidup sehat dengan go organic, back to natural dan sebagainya. Yang luar biasa, sebuah rumah sakit besar yakni Rumah Sakit S.T. Carolus sudah sejak lama menyajikan pangan organik kepada semua pasiennya, demikian pernah disampaikan Albert Setiawan, dari bagian gizi (google.com).

    

 
Iklan Beras Organik


         Pangan organik adalah pangan yang dihasilkan dari suatu sistem pertanian organik yang dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan.  Pertanian organik tidak menggunakan pestisida kimia, sebaliknya setia menggunakan pestisida alami dari bahan organik bagian dari hewan atau tanaman. Sedikit menggunakan pupuk kimia bahkan tidak sama sekali, sebaliknya banyak menggunakan pupuk organik dari bagian hewan atau tanaman.

             Menurut Ahmad Sulaeman, Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, memaparkan lima keuntungan jika kita mengonsumsi produk pangan yang dihasilkan dari sistem pertanian organik.


1.    Lebih Aman secara Kimiawi
     Pangan organik memang tidak menggunakan pupuk kimia serta pestisida dalam proses penanamannya. Sehingga dilihat dari sisi kandungan kimia, produk organik jauh lebih aman dan tidak mengandung residu pestisida dibandingkan dengan produk nonorganik

2. Lebih Menyehatkan Tubuh
       Menurut penelitian, produk-produk organik lebih banyak  mengandung  fitokemikal,  yang  memiliki  fungsi untuk meningkatkan aktivitas enzim yang berperan dalam menghancurkan agen karsinogenik.


3. Memiliki Zat Gizi lebih Banyak
       Dengan proses penanaman secara organik, unsur hara yang dimiliki oleh tanah lebih kaya. Bahkan ada penelitian yang menyatakan bahwa pada produk organik, kandungan zat besi, karoten, serta vitamin C lebih banyak dibanding dengan yang bukan organik.

4. Lebih Kaya Rasa
          Buah-buahan serta sayur-sayuran organik memiliki rasa yang lebih enak dan renyah. Beberapa orang yang memiliki indera perasa yang sensitif mengatakan bahwa sayur berpestisida masih mengandung rasa pahit bahkan setelah dicuci, sementara sayur organik terasa lebih lezat.

5. Umumnya Lebih Tahan Lama
      Hal ini mungkin disebabkan karena sayur dan buah organik, matangnya berproses secara sempurna. Selain itu, tanpa campur tangan manusia, tanaman organik memiliki pertahanan alami sendiri baik terhadap hama maupun cuaca.
         Demikian, betapa pentingnya setiap insan rumah tangga untuk digerakkan membiasakan diri mengkonsumsi pangan organik untuk membangun derajat kesehatan rumah tangga dalam rangka mendukung Indonesia Sehat. Memang pangan organik bukan satu-satunya parameter penentu tercapainya Indonesia Sehat, tetapi dengan mengkonsumsi pangan organik kita harus punya keyakinan sekecil apapun peranan pangan organik tetap mempunyai arti penting dalam mendorong masyarakat menuju Indonesia Sehat. Semoga. (By Sukadiyono).







PENJARA, DAHULU DAN SEKARANG

           Hari ini hari Minggu. Aku ada janjian sama seorang teman. Namanya Andre. Andre Manasuka. Kami berjanji untuk membesuk seseor...