Sabtu, 31 Maret 2018

AJARAN TUHAN, KETAHANAN PANGAN TANGGUNGJAWAB NEGARA


                 Gonjang-ganjing perberasan belakangan ini mengindikasikan bahwa ketahanan pangan kita masih lemah. Ketahanan pangan di masa kini menjadi hal yang sangat krusial di semua negara di seluruh penjuru bumi. Hal ini seiring dengan bertambahnya penduduk yang begitu cepat sementara produksi pangan bergerak lambat akibat berbagai gangguan, diantaranya perubahan iklim. World Trade Organization (WTO) juga selalu mengingatkan pentingnya penanganan ketahanan pangan dunia. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga baru saja memerintahkan para Kepala Desa untuk menyisihkan sebagian Dana Desa untuk ketahanan pangan. Bahkan dalam ajaran Tuhan juga telah memberikan amanah betapa pentingnya mengembangkan  prinsip-prinsip ketahanan pangan ini.
           Ajaran Tuhan tentang ketahanan pangan ini bisa kita lihat pada kisah Nabi Yusuf   yang diceritakan dalam kitabulloh Alqur’anulkarim, Surat Yusuf. Dalam surat ini diceritakan, bahwa Raja Mesir, Al Aziz, bermimpi melihat 7 ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan 7 bulir gandum yang hijau dan 7 bulir yang kering. Dalam pandangan Nabi Yusuf hal di atas bermakna bahwa negeri Mesir akan mengalami musim penghujan selama tujuh tahun (masa-masa kemakmuran) yang akan diikuti 7 tahun musim kemarau yang merupakan masa-masa sulit.
           Kisah selanjutnya (dalam beberapa tafsir) Nabi Yusuf diangkat menjadi bendahara Negara (menteri keuangan). Dalam tafsir lain ada yang menyebutkan mengurus hasil bumi (menteri pertanian, menteri perdagangan, kabulog) - ayat 55: Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." Sebelumnya, di ayat 54 disebutkan : Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku." Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami."
 Di ayat 54 tersebut, diterangkan bahwa Nabi Yusuf memiliki kedudukan yang tinggi lagi dipercaya. Kalau di era sekarang mungkin Menteri Utama atau Menteri Koordinator (Menko). Melalui kedudukannya yang berkuasa penuh sebagai menteri keuangan dan sekaligus menteri pertanian, perdagangan, kabulog, Nabi Yusuf mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka mengelola ketahanan pangan.
            Pertama, strategi produksi dalam negeri.  Termuat dalam ayat 47: Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.  Di ayat ini, Nabi Yusuf mengintruksikan agar selama 7 tahun musim penghujan masyarakat dibawah bimbingan Negara melakukan gerakan bertanam untuk mencapai produksi yang setingi-tingginya. Kedua, strategi food stocking atau lumbung pangan. Dalam ayat 47 diatas dan dilanjutkan di ayat 48 : Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.  Ke 2 ayat tersebut menerangkan secara tersirat agar produksi  yang dihasilkan disimpan oleh Negara sebagai cadangan pangan pemerintah, dimana pada saat paceklik cadangan pangan pemerintah tersebut dapat disalurkan kepada seluruh rakyat di negeri itu.
            Ketiga, strategi penanganan pasca panen.  Masih dalam ayat yang sama (47), strategi pasca panen ini disebutkan agar panen yang diperoleh disimpan dalam bentuk bulir. Hal ini tentu akan lebih awet dan tahan lama. Di masa sekarang menyimpan padi dalam bentuk gabah atau dengan malainya jauh lebih awet disbanding menyimpan dalam bentuk beras.
            Keempat, strategi penghematan. Masih di ayat (47), juga  diterangkan bahwa masyarakat agar berlaku tidak boros dengan mengkonsumsi bahan pangan seperlunya atau sedikit saja, sehingga untuk keperluan 7 tahun di masa sulit nantinya masih bisa terpenuhi.
            Dengan demikian, menyimak uraian di atas melalui peran Nabi Yusuf selaku menteri Negara (Menteri Utama, Menko) dan bersama Raja Mesir, maka membangun ketahanan pangan merupakan ajaran Tuhan dan perintah agama yang harus ditaati oleh manusia, terutama oleh pemimpin-pemimpin Negara.
            Lalu, bagaimana peran Negara (pemimpin) dalam pembangunan ketahanan pangan yang dilandasi atas dasar ajaran Tuhan dan perintah agama?
             Bagi Negara kita, Indonesia, dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, disebutkan bahwa diantara  tugas Negara adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam hal ini salah satunya adalah urusan pangan.  Sejalan dengan tugas Negara yang tercantum dalam UUD 1945 dan ajaran agama yang termuat dalam Al Qur’an Surat Yusuf di atas sudah semestinya Negara berperan aktif membangun ketahanan pangan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
              Pertama, mengedepankan kekuatan sendiri dengan bertumpu pada peningkatan produksi dalam negeri dan menghindarkan ketergantungan pada pangan impor. Ketergantungan pada pangan impor akan selalu menimbulkan permasalahan dan hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu, baik melalui korupsi, manipulasi, penyelundupan dan lain-lain. Kedua, memperbaiki penanganan pasca panen untuk menekan kehilangan hasil. Di Indonesia kehilangan hasil masih cukup tinggi, masih di atas 20% khususnya padi.
             Ketiga, food stocking dalam hal ini pengelolaan lumbung pangan sebagai cadangan pangan pemerintah secara akuntabel dan transparan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Dalam hal kualitas, kita masih disibukkan oleh buruknya  mutu beras untuk orang miskin yang mestinya tidak perlu terjadi. Untuk kuantitas masih banyak pihak yang meragukan  tentang validitas datanya. .
             Kempat, kejujuran. Kejujuran merupakan aspek penting dalam pengamalan agama atau ajaran Tuhan. Oleh karena itu, dalam mengelola ketahanan pangan harus dilandasi atas data-data produksi pangan secara valid dan jujur jauh dari manipulasi apalagi mark up, yang semata-mata hanya demi kepentingan safety jabatan.(By Sukadiyono)

PENJARA, DAHULU DAN SEKARANG

           Hari ini hari Minggu. Aku ada janjian sama seorang teman. Namanya Andre. Andre Manasuka. Kami berjanji untuk membesuk seseor...